Tinjauan Hukum Islam Terhadap Musafir Yang Melakukan Hubungan Suami Istri Pada Siang Hari Bulan Ramadhan

Syamsiyah, Siti and Muda Hasim Harahap, Oloan and Elkhairati, Elkhairati (2020) Tinjauan Hukum Islam Terhadap Musafir Yang Melakukan Hubungan Suami Istri Pada Siang Hari Bulan Ramadhan. Sarjana thesis, IAIN Curup.

[img] Text
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP MUSAFIR YANG MELAKUKAN HUBUNGAN SUAMI ISTRI PADA SIANG HARI BULAN RAMADHAN.pdf - Accepted Version

Download (2MB)

Abstract

Didalam hukum Islam dijelaskan bahwa musafir atau orang yang sedang dalam perjalan diberi keringanan untuk tidak berpuasa dibulan Ramadhan, namun mereka diharuskan menggantinya dihari lain. Karena keberadaan mereka tidak melaksanakan puasa di siang hari bulan Ramadhan, seandainya mereka melakukan hubungan suami istri pada bulan Ramdhan hal ini tentu menimbulkan permasalahan yang baru. Dalam penelitian ini jenis yang digunakan adalah penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang ditekankan pada penelusuran dan penelaan literatur-literatur terkait yang relevan dengan pokok permasalahan yang dikaji dan dapat menunjang pokok-pokok masalah. Sumber-sumber yang di peroleh dari artikel dan jurnal yang secara langsung maupun tidak mengenai persoalan tentang tinjauan hukum Islam terhadap musafir yang melakukan hubungan suami istri pada siang hari bulan Ramadhan. Dalam menganalisa data, penyusun menggunakan analisis kualitatif dengan cara deduktif, yaitu mengumpulkan data-data bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Hasil dari penelitian ini adalah, pertama : hukum melakukan hubungan suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan bagi musafir Musafir termasuk dalam golongan orang yang mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa, maka dia boleh melakukan pembatal-pembatal puasa, seperti makan, minum, dan juga berhubungan badan di siang hari bulan Ramadhan. Suami istri tersebut tidak berdosa dan tidak pula dikenai hukuman membayar kafarat. Karena dia dalam kondisi beruzur yang sah menurut syariat. Namun dia tetap mengganti puasanya pada hari lain diluar bulan Ramadhan. Namun berbeda halnya jika yang melakukan hubungan suami istri di bulan Ramadhan tidak dalam keadaan safar dan jika itu terjadi maka mereka berkewajiban membayar kafarat yaitu, a) Ia harus memerdekakan hamba sahaya perempuan yang beriman, Tidak boleh yang lain. Sahaya itu juga harus bebas dari cacat yang mengganggu kinerjanya. b) Jika tidak mampu, ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut. c) Jika tidak mampu, ia harus memberi makanan kepada 60 orang miskin, masing-masing sebanyak satu mud (kurang lebih sepertiga liter). Kedua : pandangan hukum Islam yang berkewajiban menunaikan kafarat dari akibat hubungan suami istri di bulan Ramadhan adalah ia yang melakukan menyenggama terlebih dahulu baik laki-laki maupun perempuan.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Creators:
CreatorsEmail
Syamsiyah, SitiUNSPECIFIED
Muda Hasim Harahap, OloanUNSPECIFIED
Elkhairati, ElkhairatiUNSPECIFIED
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc
H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
H Social Sciences > HQ The family. Marriage. Woman
K Law > K Law (General)
Divisions: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam > Hukum Keluarga Islam
Depositing User: Mrs yuni hartini
Date Deposited: 21 Feb 2023 08:15
Last Modified: 21 Feb 2023 08:15
URI: http://e-theses.iaincurup.ac.id/id/eprint/2053

Actions (login required)

View Item View Item